25 June 2012

Tuhan Selalu Mengerti

Setelah berlelah-lelah dengan satu hari yg penuh dengan tangisan, akhirnya aku pun memutuskan. Sesuatu yg mungkin berlawanan keinginanku tapi sejalan dengan kemauan ibuku. Rasa sesal itu ada. Pasti ada. Namun rasa itu tak berlarut dalam hati. Karena apa? Karena itu adalah buah dari nasihat ibu.
Dan hari ini Tuhan menggantinya dengan yg lebih baik. Sesuatu yg mungkin saja lebih pas untukku. Sesuatu yg sesuai dengan kemampuanku. Bukan yg seperti kemarin yg terlalu muluk, pun terlalu berat. Tuhan mengerti apa mauku dan mau orangtua ku. Tuhan mendengar teriakanku. Tuhan mendengar doaku.
Allah selalu mengerti aku dan mendengar doaku. Ia adalah Sang Maha Baik serta Bijaksana dan aku sangat mencintaiNya.

Sekali lagi, Tuhan selalu mengerti.

Dengan penuh rasa syukur,

Ninis Prabaswari;

20 June 2012

High School's Tension Does Exist

Ya, high school's tension does exist now.

08 June 2012

Prayers

I have gone this far. I ain't gonna make even a first move to step back. No one can postpone or cancel this dream. It grown on my mind each day. Getting bigger and bigger. But, God hasn't let me to go there this time. It's ok, though. I can prepare everything first instead.
I send my prayers for those who pass the selection #2. I'm always here to hear your story when you go there. I will always waiting for those pictures where your smile covers on it. Probably, I will receive them with such a confusing feelings, but the percentage of the happy will be bigger than the sad, for sure.
I will follow your step maybe 3 years, or five or... I don't know when.But, I promise to myself that I would be just there someday :)

04 June 2012

Kegagalan


Gagal. Aku gagal. Sekali lagi aku gagal.

Sudah berkali-kali aku jatuh. Meskipun jurangnya berbeda-beda, tetap saja sakit. Daridulu aku paling taku mengecap rasa yang sangat pahit, kegagalan. Sedari kecil aku sudah berada di lingkungan dimana aku bisa menang dengan mudahnya. Tapi ternyata dunia lebih luas dari sekedar kemenangan. Persaingan semakin jelas terasa disini. This is high school life. Semakin terlihat pebedaan serta komptenesi masing-masing individu. Aku tak lagi bisa selalu menjadi pemenang disini. Banyak mereka yang jauh jauh dan jauh lebih hebat dari aku. Aku bukan apa-apa disini.

Tahap I berhasil aku lewati. Dari 650 peserta aku terpilih menjadi satu diantara 81 anak lainnya. Hatiku membuncah senang. Rasanya dunia sudah digenggaman tangan. Ini yg masih belum bisa aku perbaiki hingga sekarang: mengontrol rasa senangku hingga tak beralih menjadi over confident. Hingga terkadang dadaku terlalu terbusung hingga merendahkan orang lain. Sungguh, aku menyesal.

Kemarin pengumuman seleksi tahap II dan aku gagal, teman. Aku sedikit tidak bisa memercayai ini. Aku gagal meraih dunia yang kukira sudah aku genggam. Aku tak sadar bahwa dunia masih sangat-sangat jauh untuk kuraih. Airmataku menetes satu per satu.

Dalam keadaan shock temanku berkata, “Tuhan memberi kita apa yang kita butuh bukan apa yang kita inginkan. Kalau tuhan memberi kita hadiah kegagalan kepada kita saat ini, mungkin Dia akan menggantinya dengan yg lebih indah di lain waktu.” Begitu kira-kira. Entah mengapa, aku sangat percaya dengan kata-kata itu sejak kemarin.

Kegagalan bukanlah awal sebuah keterpurukan, melainkan sebuah hadiah dari Tuhan agar kita bisa menyadari potensi kita yang lain. Agar kita terus berintrospeksi terhadap diri sendiri. Agar kita terus berusaha menjadi yang nomor satu. Agar kita terus melesat mengejar apa yang kita impikan. Ya, kegagalan adalah hadiah Tuhan untukku.

Tuhan (pasti) punya maksud di balik setiap kegagalan. Aku sadar aku belum dekat dengan lingkungan sekitarku: Kota Jogjakarta ini. Aku belum banyak berbuat untuk sekitarku dan keluargaku. Mungkin Tuhan ingin aku memulai langkah untuk menggenggam dunia dari hal yang kecil dahulu. Mungkin aku harus mengerucutkan dan membagi impian-impianku agar aku bisa fokus untuk meraihnya satu per satu.

Sekarang, aku sudah kembali tersenyum. Dunia memang masih jauh tapi bukan tidak mungkin untuk kembali ku genggam. Mimpi itu takkan pernah hilang. Bahkan, ia tumbuh menjadi semakin subur dalam hati serta benakku. Mungkin ini hikmah kegagalan. Ya, aku akan kesana suatu hari nanti. Pasti.

Matahari kembali merangkak naik,
seiring dengan mimpi ini yang terus tumbuh,

Ninis Prabaswari :)