18 April 2013

Teruntuk Sahabat

Untuk sahabat,
Aku sedih aku nggak ada waktu kamu sedih. Aku juga sedih nggak ada waktu kamu lagi pengen seneng. Aku juga sedih nggak bisa secepat itu membaca keinginanmu. Aku juga sedih nggak bisa bikin mood mu naik. Aku juga sedih aku ngga bisa bikin kamu ketawa se-instan mereka. Aku juga sedih ketika kamu ngga bisa cerita ke aku se'lepas' ketika kamu cerita dengan mereka. Aku juga sedih kamu ngga bisa nangis di hadapanku seperti kamu dengan mereka.

Tapi bagaimanapun juga, aku akan terus berusaha.

Perempuan itu.

Lagi mood nulis nih. Jadi maaf ya agak spamming dikit hehe.

Perempuan itu selalu ingin bangun pagi dan menghirup ke-khasan wangi musim gugur. Saat ia membuka tirai kamarnya, daun-daun maple berjatuhan di tanah. Rantimg-ranting pohon mengering menunggu satu-dua daun yang masih bergantung. Lalu ia akan mengambil wudhu dan sholat subuh dilatari desau angin khas musim gugur. Lantas, ia akan membuat sarapan. Sepiring ommelette dan secangkir teh hangat kiranya pantas untuk membuka sebuah hari. Sembari sarapan ia akan melihat sekeliling apartemennya dan memandangi satu per satu ornamen disana. Foto-foto bersama keluarga serta sahabat-sahabatnya yang terpisah beratus-ratus mil jauhnya, souvenir-souvenir dari berbagai negara, dapur yang penuh dengan berbagai bahan masakan, dan masih banyak lainnya. Di sesapan teh terakhirnya, ia bersiap tuk memulai hari. Mandi kemudian memakai baju yang pantas untuk hari ini. Saat ia keluar dan mengunci apartemennya, ia mengucapkan basmallah kemudian mulai melangkah. Jalanan penuh dengan guguran daun. Sesekali ia menginjaknya. Tahukah kalian bahwa suara dari daun terinjak itu mendamaikan? Baginya itu adalah secuil kebahagiaan. Sampailah ia di kampusnya. Bangunan itu tampak seperti sebuah kastil tua. Di dalamnya ada banyak tangga serta ruangan yang selama ini tergambar dalam cerita-cerita fantasi. Ia melangkah dengan pasti menuju surganya kutu buku. Perpustakaan yang dipenuhi buku-buku berjajar rapi adalah impiannya. Ia berdiri sejenak di depan pintu dan menikmati sensasi kebahagiaan itu. Lalu ia mulai mengambil sebuah buku dan mulai membacanya.

Sebut saja perempuan itu N.

MOOD(Y)

Belakangan ini aku kayak disetir mood. Padahal dulu aku benci banget sama orang yg moody. Mbok uwes kalo mau mengerjakan sesuatu dikerjakan aja. Ngapain nunggu mood dulu baru sesuatu itu dikerjakan. Kan malah menunda-nunda namanya.
Tapi namanya juga perkataan ga bisa ditarik kembali ya. Sekarang aku kemakan omonganku sendiri. Sekarang aku jadi rada rada moody gimana gitu deh. Bahkan nih, mau nge-post di blog aja nunggu mood. Please ya kenapa aku jadi gini sih. Padahal dulu aku sama sekali bukan moody-ers lho,
Temen temen yang masih muda, kalobisa jangan moody ya. Supaya nggak banyak waktu yang terbuang sia-sia kayak waktuku. Apapun yang terlintas langsung aja dikerjakan. Jangan menunda-nunda. Ntar banyak perkerjaan yang tidak terselesaikan. Akan banyak karya yang seharusnya ada menjadi tidak ada cuma gara-gara nggak mood. Terutama perempuan nih banyak banget yang moody. 
Harusnya masih muda tuh padat, aktif, dan produktif! Jadi sebenernya nggak pantes kayak aku nih, sering leha-leha dan berpangku tangan. Apa-apa nunggu mood. *istigfar*
Lagian ada sebuah hadits yang bilang: “Dua kenikmatan, kebanyakan manusia tertipu pada keduanya: kesehatan dan waktu luang”. (HR. Bukhari, no: 5933). Waktu sehat kita sering sok-sokan dan jarang bersyukur. Waktu sakit baru deh sadar. Begitu juga waktu luang. Dia kayak pedang bermata dua. Kalo kita pergunakan dengan baik dan efektif pasti bakal bermanfaat banget. Tapi kalo cuma kita pake hanya untuk bermalas-malasan alangkah banyaknya waktu yang terbuang. 
Jadi, moody itu bikin banyak hal ga terlasana. Bikin berabe hari-hari yang sudah terencana. Bikin temen-temen kesel juga karena mood tiba-tiba berubah, Yang parah juga nih, jadi batal ibadah cuma gara-gara ga mood. Wah fatal tuh. 
Jadi, aku niatkan nih supaya aku ga moody lagi. Doakan ya teman-teman. Mari kita berubah bersama \m/