29 July 2013

Ikhlas

Seringkali saat aku menolong orang aku membatin, "Ya nggak papa deh nolong orang. Toh nanti kita insyaAllah bakal dapet balasannya juga."
Aku kira matematika Tuhan sama dengan matematika manusia. Aku kira saat kita memberi 1 maka Tuhan akan memberi kejadian baik 1 pula ke kita. Ternyata tidak. Seorang temanku pernah berujar, "Nis, tau nggak, aku pernah denger quotes. Saat kita memberi 1 dan mengharap 1, maka kita akan mendapat1. Saat kita memberi 1 dan mengharap 10, maka kita hanya akan mendapat 0,5. Tapi saat kita memberi 1 tanpa mengharap apa-apa, maka kita akan mendapat banyak hal yang tak kita bayangkan."
Aku namai ini The Power of Ikhlas.
Aku merasa menjadi ikhlas itu suliiiit sekali. Karena kita benar-benar memberi atau melakukan sesuatu tanpa pamrih sedikitpun. Termasuk pamrih sama Allah. Hmm, aku kurang tau juga sih kalau pamrih sama Allah nya tentang pahala. Tapi kalau bisa, saat kita memberi atau melakukan sesuatu itu kita benar-benar merasa hati kita plong dan lega setelahnya.
Saat liburan sekolah kemarin aku membaca buku 23 Episentrum. Bukunya semacam self-improvement gitu deh. Keren, deh! Tapi makna yang bener-bener aku tangkep dari buku ini adalah: belajar ikhlas memberi. Bukan cuma memberi di saat kita sedang senang. Tetapi juga ikhlas memberi disaat justru kita sedang susah tanpa mengharap imbalan apapun. Dan, terbukti (di cerita itu) kita akan dapet ganjaran yang super dari Sang Maha Pemberi.
Ikhlas. Ikhlas. Ikhlas. Satu tindakan yang masih sulit aku lakukan. Apalagi untuk pure ikhlas. Tapi insyaAllah nggak ada sesuatu yang nggak mungkin. Yuk mari belajar ikhlas :D
Aku simpulkan bahwa ikhlas atau enggak itu tergantung niat awal kita. Mulai sekarang, susun niat yang baik dari awal. Lalu, kerjakansemua dengan ikhlas. Dan...matematika Tuhan tidak sama dengan matematika manusia. Karena Dia sungguh Maha Segala-galanya :)