03 December 2011

Sate Padang dan Sebuah Saran

6:oo pm

Selepas sholat maghrib aku dan ibu jalan ke dokter gigi untuk menanyakan tentang gigiku yang sudah dalam tahap cukup kronis. Kronis dalam arti sudah membuatku was-was. Was-was dalam arti akan menghalangi impian dan cita-citaku.
Tapi dokter itu benar. Ini tidak apa-apa. Aku masih 15 tahun dan umurku masih panjang untuk untuk perkembangan gigi. Subhanallah, hal ini sangat menengkanku.
Ini bukan masalah sebuah penampilan, melainkan sebuah kerapian. Esensi dari sebua tampilan bukan cantik melainkan indah untuk dipandang oleh mata. Namun, indah bukan hanya dilihat dari kebersihan, kerapian, dan keindahan fisik semata, keindahan dari dalam hati jauh lebih penting..

Bukan itu sebenarnya bagian yang penting.

Bagian yang penting adalah........
AKU HARI INI (AKHIRNYA) MAKAN SATE PADANG!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
Setelah dua tahun di Jogja belum pernah sekalipun aku merasakan kuah sate padang yang ahmazingggg banget itu. Alhamdulillah aku merasakan rasa itu lagi malam ini. Terima kasih ya Allah. Ini sudah cukup untuk mengobati rinduku kepada Batam.

Hey, Batam I do miss you a lot!

Setidaknya, malam ini punya warna cerah yang akan selalu kuingat.

Yang sedang bahagia,


Ninis Prabaswari;

No comments:

Post a Comment