04 June 2012

Kegagalan


Gagal. Aku gagal. Sekali lagi aku gagal.

Sudah berkali-kali aku jatuh. Meskipun jurangnya berbeda-beda, tetap saja sakit. Daridulu aku paling taku mengecap rasa yang sangat pahit, kegagalan. Sedari kecil aku sudah berada di lingkungan dimana aku bisa menang dengan mudahnya. Tapi ternyata dunia lebih luas dari sekedar kemenangan. Persaingan semakin jelas terasa disini. This is high school life. Semakin terlihat pebedaan serta komptenesi masing-masing individu. Aku tak lagi bisa selalu menjadi pemenang disini. Banyak mereka yang jauh jauh dan jauh lebih hebat dari aku. Aku bukan apa-apa disini.

Tahap I berhasil aku lewati. Dari 650 peserta aku terpilih menjadi satu diantara 81 anak lainnya. Hatiku membuncah senang. Rasanya dunia sudah digenggaman tangan. Ini yg masih belum bisa aku perbaiki hingga sekarang: mengontrol rasa senangku hingga tak beralih menjadi over confident. Hingga terkadang dadaku terlalu terbusung hingga merendahkan orang lain. Sungguh, aku menyesal.

Kemarin pengumuman seleksi tahap II dan aku gagal, teman. Aku sedikit tidak bisa memercayai ini. Aku gagal meraih dunia yang kukira sudah aku genggam. Aku tak sadar bahwa dunia masih sangat-sangat jauh untuk kuraih. Airmataku menetes satu per satu.

Dalam keadaan shock temanku berkata, “Tuhan memberi kita apa yang kita butuh bukan apa yang kita inginkan. Kalau tuhan memberi kita hadiah kegagalan kepada kita saat ini, mungkin Dia akan menggantinya dengan yg lebih indah di lain waktu.” Begitu kira-kira. Entah mengapa, aku sangat percaya dengan kata-kata itu sejak kemarin.

Kegagalan bukanlah awal sebuah keterpurukan, melainkan sebuah hadiah dari Tuhan agar kita bisa menyadari potensi kita yang lain. Agar kita terus berintrospeksi terhadap diri sendiri. Agar kita terus berusaha menjadi yang nomor satu. Agar kita terus melesat mengejar apa yang kita impikan. Ya, kegagalan adalah hadiah Tuhan untukku.

Tuhan (pasti) punya maksud di balik setiap kegagalan. Aku sadar aku belum dekat dengan lingkungan sekitarku: Kota Jogjakarta ini. Aku belum banyak berbuat untuk sekitarku dan keluargaku. Mungkin Tuhan ingin aku memulai langkah untuk menggenggam dunia dari hal yang kecil dahulu. Mungkin aku harus mengerucutkan dan membagi impian-impianku agar aku bisa fokus untuk meraihnya satu per satu.

Sekarang, aku sudah kembali tersenyum. Dunia memang masih jauh tapi bukan tidak mungkin untuk kembali ku genggam. Mimpi itu takkan pernah hilang. Bahkan, ia tumbuh menjadi semakin subur dalam hati serta benakku. Mungkin ini hikmah kegagalan. Ya, aku akan kesana suatu hari nanti. Pasti.

Matahari kembali merangkak naik,
seiring dengan mimpi ini yang terus tumbuh,

Ninis Prabaswari :)



No comments:

Post a Comment