17 March 2012

Filosofi Burung #3

Sekarang ia sudah mengangkasa. Membenatngkan sayap seluas-luasnya agar manuver serta kecepatnnya tetap terjaga.
Kedua manik matanya memandang tepat lurus ke depan. Menyapu semua panorama yang ada dan memaknainya satu per satu. Ia melihat ke atas... hanya langit petang berwara jingga. Kemudian ke bawah, dan ia melihat biru samudra terbentang luas. Tak tahu dimana batas sesungguhnya. Sekitar beberapa mil di depan terlihat gambaran sebuah daratan. Seolah itu hanya semu dan ilusi semata.
Sang Burung menghela nafasnya. Kok terbang jadi nggak seru gini ya?
Baru saja ia berujar, dari arah selatan badai besar pun menerjang. Mengubah warna langit menjadi suram dan bergumul suara gemuruh yang dahsyat. Di bawah sana, selaksa air di lautan bergejolak hebat. Pun makhluk hidup yang ada di dalamnya. Tampak ombak-ombak besar bergelung kesana kemari. Semua tak tentu arah. Di kejauhan, kapal pesiar itu di bolak-balikkan oleh ombak yang semakin kejam.
Sosok ini, panik dan terkesiap. Semua ini begitu tiba-tiba untuknya. Harus bagaimana?

No comments:

Post a Comment